Siapa Pencipta Lagu Indonesia Raya

Siapa Pencipta Lagu Indonesia Raya

Mengheningkan Cipta

Lagu mengheningkan cipta ditulis untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur ketika membela nusa dan bangsa. Lagu ini selalu dinyanyikan ketika upacara bendera.

Dengar seluruh angkasa raya memuji

Nan gugur remaja di ribaan bendera

Kau kukenang wahai bunga putra bangsa

Bagi Indonesia merdeka

Lagu ini diciptakan Wage Rudolf Soepratman pada tahun 1924.

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan negara Indonesia. Lagu ini biasa dinyanyikan pada peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. Lalu, siapa pencipta lagu Indonesia Raya?

Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman atau yang dikenal dengan WR Supratman. Berikut ulasan terkait profil WR Supratman.

Perjalanan Karier Sudharnoto

Pada 1952, Sudharnoto memulai kariernya di Radio Republik Indonesia (RRI), setelah diajak mengisi siaran oleh Maladi yang pernah menjadi gurunya. Lagu "Garuda Pancasila" diciptakan Sudharnoto saat ia bekerja di RRI pada 1956.

Selain bekerja di RRI, Sudharnoto juga menjadi pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi seniman dan budayawan yang berdiri pada 17 Agustus 1950. Lekra seringkali dikaitkan dengan komunis karena kedekatannya dengan Partai Komunis Indonesia.

Pada masa itu, kesenian dan kebudayaan menjadi salah satu alat politik yang kerap digunakan oleh partai politik untuk menarik massa, termasuk PKI, sebagaimana dikutip dari Laporan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada 2017.

Akibat keterlibatannya di Lekra, pada 1965, setelah peristiwa G30S/PKI, Sudharnoto dipenjara dan ditetapkan sebagai tahanan politik oleh Pemerintah Orde Baru atas dugaan penyebaran paham komunisme.

Lirik Lagu Indonesia Raya

Indonesia Raya adalah lagu nasional ciptaan WR Supratman. Simak lirik lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan setiap HUT RI tanggal 17 Agustus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia tanah airkuTanah tumpah darahkuDi sanalah aku berdiriJadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaankuBangsa dan tanah airkuMarilah kita berseruIndonesia bersatu

Hiduplah tanahkuHiduplah neg'rikuBangsaku, rakyatku, semuanyaBangunlah jiwanyaBangunlah badannyaUntuk Indonesia Raya

Indonesia rayaMerdeka, merdekaTanahku, negeriku yang kucintaIndonesia rayaMerdeka, merdekaHiduplah Indonesia raya

Mengutip dari situs Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, Wage Rudolf Soepratman atau WR Supratman lahir di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada Jumat Wage, 19 Maret 1903. WR Supratman lahir dari pasangan Sersan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen.

Tiga bulan setelah lahir, WR Supratman dan orang tuanya pindah ke Jatinegara. Meskipun lahir di Purworejo, ayah WR Supratman mencatatkan akta kelahiran putranya di Jatinegara, sehingga banyak yang menuliskan WR Supratman lahir di Jatinegara.

Dari Sabang Sampai Merauke

Pencipta: R. Soeharjo

Sebenarnya lagu ini pada mulanya diberi judul Dari Barat Sampai ke Timur, lalu diubah atas saran dari Soekarno sehingga judulnya diubah menjadi Dari Sabang Sampai Merauke. Lagu ini mengisahkan kondisi geografis Indonesia yang melintang dari Sabang sampai Merauke.

Dari Sabang sampai Merauke

Sambung menyambung menjadi satu

Indonesia tanah airku

Menjunjung tanah airku

Tanah airku Indonesia

Pencipta: Ismail Marzuki

Lagu ini dirilis pada tahun 1945, penciptanya yakni Ismail Marzuki. Liriknya mengisahkan mengenai kehilangan para pahlawan yang gugur di medan perjuangan dalam membela bangsa. Seperti tujuan diciptakannya lagu ini, yakni untuk menghormati tentara Indonesia yang gugur pada masa Revolusi Nasional Indonesia.

Betapa hatiku takkan pilu

Telah gugur pahlawanku

Betapa hatiku takkan sedih

Hamba ditinggal sendiri

Siapakah kini pelipur lara

Nan setia dan perwira

Siapakah kini pahlawan hati

Pembela bangsa sejati

Telah gugur pahlawanku

Tunai sudah janji bakti

Gugur satu tumbuh seribu

Gugur bungaku di taman bakti

Harum semerbak menambahkan sari

Pencipta: Ismail Marzuki

Lagu yang memiliki judul Halo-Halo Bandung oleh Ismail Marzuki ini ditulis berdasarkan pada peristiwa masa lampau, yakni Bandung Lautan Api.

Tidak berjumpa dengan kau

Sekarang sudah menjadi lautan api

Mari bung rebut kembali

Lagu nasional yang satu ini merupakan karya dari H. Mutahar pada tahun 1946. Ternyata lagu ini dibuat di dalam toilet Hotel Garuda Yogyakarta. Hal tersebut diakui oleh Mutahar sendiri. Pada masa itu meminta dicarikan secarik kertas dan pena untuk mencurahkan idenya.

Tujuh belas Agustus tahun empat lima

Itulah hari kemerdekaan kita

Hari lahirnya bangsa Indonesia

Sekali merdeka tetap merdeka

Selama hayat masih dikandung badan

Kita tetap setia tetap sedia

Mempertahankan Indonesia

Kita tetap setia tetap sedia

Hymne Guru menceritakan mengenai seorang guru yang berjasa bagi murid-muridnya. Guru dalam lagu ini digambarkan sebagai patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa. Lagu ini diciptakan oleh Sartono pada tahun 1980.

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Pencipta: W.R. Supratman

R.A Kartini dikenal sebagai sosok pejuang emansipasi bagi kaum hawa, sama seperti yang dikisahkan melalui lirik lagu ini.

Pendekar kaumnya untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini

Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia

Putri yang merdeka cita-citanya

Pencipta: Ismail Marzuki

Pada beberapa referensi disebutkan bahwa pencipta lagu ini ialah Ismail Marzuki. Meski demikian, sebenarnya lagu ini ditulis oleh komposer tak dikenal pada sekitar tahun 1950-1960-an.

Ait matanya berlinang

Emas intannya terkenang

Hutan gunung sawah lautan

Lihatlah putra-putrimu

Untuk nusa dan bangsa

Air matanya berlinang

Emas intannya terkenang

Hutan gunung sawah lautan

Untuk nusa dan bangsa

Pencipta: Ismail Marzuki

Lagu Indonesia Pusaka diciptakan oleh Ismail Marzuki. Lagu ini mengisahkan tentang Indonesia yang dikatakan sebagai karya indah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Indonesia tanah air beta

Pusaka abadi nan jaya

Indonesia sejak dulu kala

Selalu dipuja-puja bangsa

Disana tempat lahir beta

Dibuai dibesarkan bunda

Tempat berlindung di hari tua

Sampai akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta

Tiada bandingnya di dunia

Karya indah Tuhan Maha Kuasa

Bagi bagsa yang memujanya

Indonesia ibu pertiwi

Kau ku puja kau ku kasihi

Tenagaku bahkan pun jiwaku

Kepadamu rela ku beri

Pencipta: W.R. Supratman

Seperti yang disebutkan dengan melalui buku berjudul Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup, Wage Rudolf Supratman oleh C. Hutabarat, bahwa W.R. Supratman memperoleh ide untuk menulis lagu ini ketika membaca tulisan dalam majalah terbitan Solo bernama Timbul.

Indonesia tanah airku

Di sanalah akau berdiri

Indonesia kebangsaanku

Bangsa dan tanah airku

Bangsaku rakyatku semuanya

Tanahku negeriku yang kucinta

Hiduplah Indonesia raya

Tanahku negeriku yang kucinta

Hiduplah Indonesia raya

Pencipta: C. Simanjuntak

Maju Tak Gentar diciptakan oleh Cornel Simanjuntak ketika masa penjajahan. Diciptakannya lagu ini bertujuan untuk meningkatkan semangat perjuangan serta rasa nasionalisme.

Maju tak gentar membela yang benar

Maju tak gentar hak kita diserang

Maju serentak mengusir penyerang

Maju serentak tentu kita menang

Bangun Pemuda Pemudi

Pencipta: Alfred Simanjuntak

Pada mulanya lagu ini adalah mars dari Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia. Lagu ini ditujukan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme para pemuda di sekolah tersebut.

Bangun pemuda pemudi Indonesia

Tangan bajumu sing sing kan untuk negara

Masa yang akan datang kewajibanmu lah

Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Sudi tetep berusaha jujur dan ikhlas

Tak usah banyak bicara trus kerja keras

Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih

Bertingkah laku halus hai putra negri

Bertingkah laku halus hai putra negri

Lirik Lagu Indonesia Raya

Berikut lirik lengkap lagu Indonesia Raya 3 stanza dengan ejaan yang disempurnakan.

Indonesia, tanah airku,Tanah tumpah darahku,Di sanalah aku berdiri,Jadi pandu ibuku,

Indonesia, kebangsaanku,Bangsa dan tanah airku,Marilah kita berseru,Indonesia bersatu,

Hiduplah tanahku,Hiduplah negeriku,Bangsaku, rakyatku, semuanya,Bangunlah jiwanya,Bangunlah badannya,Untuk Indonesia Raya.

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!Tanahku, negeriku yang kucintaIndonesia Raya, merdeka! Merdeka!Hiduplah Indonesia Raya!

Indonesia, tanah yang mulia,Tanah kita yang kaya,Di sanalah aku berdiri,Untuk selama-lamanya,

Indonesia, tanah pusaka,Pusaka kita semuanya,Marilah kita mendoa,Indonesia bahagia!

Suburlah tanahnya,Suburlah jiwanya,Bangsanya, rakyatnya, semuanyaSadarlah hatinya,Sadarlah budinya,Untuk Indonesia Raya.

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!Tanahku, negeriku yang kucintaIndonesia Raya, merdeka! Merdeka!Hiduplah Indonesia Raya!

Indonesia, tanah yang suci,Tanah kita yang sakti,Di sanalah aku berdiri,Menjaga ibu sejati,

Indonesia, tanah berseri,Tanah yang aku sayangi,Marilah kita berjanji,Indonesia abadi!

Selamatlah rakyatnya,Selamatlah putranya,Pulaunya, lautnya, semuanya,Majulah negerinya,Majulah pandunya,Untuk Indonesia Raya.

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!Tanahku, negeriku yang kucintaIndonesia Raya, merdeka! Merdeka!Hiduplah Indonesia Raya!

Demikian sejarah dan lirik lagu Indonesia Raya. Semoga bermanfaat.

Siapa tidak kenal dengan lagu Garuda Pancasila? Lagu ini kerap dinyanyikan di sekolah maupun saat perayaan hari besar tanah air. Namun, siapa sebenarnya pencipta lagu Garuda Pancasila?

Pencipta lagu Garuda Pancasila adalah Sudharnoto. Nama ini jarang terdengar dan dikenalkan di sekolah-sekolah karena diduga terkait perannya sebagai salah satu pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yakni organisasi yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sejarah telah mencatat bahwa Sudharnoto adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia, yang dinyanyikan dari generasi ke generasi sampai saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Lagu Indonesia Raya

Dikutip dari Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), sejarah lagu Indonesia Raya mulanya muncul dari pemikiran para pejuang bangsa, salah satunya Ki Hajar Dewantara pada 1918.

Ki Hajar Dewantara sempat memikirkan kapan sekiranya Indonesia memiliki lagu kebangsaan sendiri. Pemikiran ini kemudian ditanggapi oleh Wage Rudolf Soepratman (W.R Supratman).

Ia kemudian memikirkan gagasan tersebut dan mulai menciptakan lagu Indonesia Raya pada 1924. Tentunya, aransemen lagu ini bukan perkara mudah.

Bahkan, W.R Soepratman sempat ditangkap oleh Belanda karena mengaransemen lagu kebangsaan yang dapat menggugah jiwa nasionalisme terhadap Indonesia.

Ilustrasi. Sejarah dan pencipta lagu Indonesia Raya (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Menurut buku berjudul 'Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup Wage Rudolf Soepratman' karya C. Hutabarat, lagu ini terinspirasi dari Majalah Timbul, sebuah majalah lokal di Solo, Jawa Tengah.

Setelah rampung, lagu ini diperkenalkan di Kongres Pemuda II di Batavia (kini Jakarta) pada 28 Oktober 1928. Lagu ini kemudian menjadi salah satu katalis penggerak rasa nasionalisme bagi para pemuda Indonesia.

Namun, lirik dan partitur lagu ini mulai dikenal luas setelah Sin Po, surat kabar China berbahasa Melayu menerbitkan lirik tersebut pada 10 November 1928.

Lirik lagu Indonesia Raya yang asli berjudul tiga stanza dengan aransemen yang sama, tetapi liriknya berbeda-beda di masing-masing stanza.

Meski begitu, lirik lagu Indonesia Raya yang banyak dikenal masyarakat hanya satu stanza. Hal ini karena Panitia Lagu Kebangsaan Indonesia menetapkan cukup satu stanza saja.

Panitia itu diketuai Presiden ke-1 Indonesia Soekarno dan beranggotakan Ki Hajar Dewantara, Achiar, Sudibyo, Darmawidjaja, dan Mr. Oetojo.

Dengan begitu, satu stanza ini wajib dimainkan ketika upacara bendera HUT RI setiap tanggal 17 Agustus bersamaan dengan pengibaran bendera Merah Putih.

Hal ini kemudian ditetapkan pula dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

Ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan di suatu acara, maka mereka yang hadir harus menyanyikan lagu tersebut dengan sikap sempurna, yaitu berdiri tegak dan sikap hormat.

Baca juga artikel terkait lainnya:

Pencipta Lagu 17 Agustus (Hari Merdeka)

Lagu 17 Agustus (Hari Merdeka) diciptakan oleh Sayyid Muhammad Husain Al Mutahar atau dikenal dengan nama Husein Mutahar.

Selain dikenal sebagai komposer lagu kebangsaan dan anak-anak, Mutahar juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Pramuka Indonesia dan berjasa dalam pengembangan kegiatan kepanduan di Indonesia pada era 1945-1961.

Mengutip buku Kumpulan Lagu Nasional, Mutahar mengenyam pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1947), setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS AI (1938).

Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta.

Kemudian pada 1947 ia menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974), setelah dipercaya sebagai Duta Besar RI di Vatikan (1969-1973).

Mutahar merupakan  tokoh penting dalam sejarah musik Indonesia, terutama dalam genre lagu kebangsaan dan kepanduan. Ia terkenal dengan kontribusinya dalam menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.

Lagu "17 Agustus" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946, setahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Lagu dengan tempo cepat dan lirik yang menggugah semangat ini lahir di tengah suasana genting saat Indonesia menghadapi perang revolusi pada tahun 1946.

Pada masa itu, Indonesia sedang berjuang keras mempertahankan kemerdekaannya dari upaya Belanda untuk kembali menjajah.

Di tengah situasi penuh gejolak tersebut, Husein Mutahar menciptakan lagu ini sebagai bentuk dorongan semangat dan sebagai pengingat akan perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan bangsa.

Selain lagu "17 Agustus", Husein Mutahar yang pernah memimpin orkes milik Jawatan Kereta Api (PJKA) juga dikenal dengan karya-karya lainnya seperti “Hymne Syukur”, yang diperkenalkan kepada khalayak pada Januari 1945.

Kemudian ada juga lagu “Dirgahayu Indonesiaku” yang menjadi lagu resmi HUT ke-50 RI pada 1995.

Husein Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada 9 Juni 2004 pada usia 87 tahun. Meskipun telah tiada, warisannya dalam bentuk lagu-lagu nasionalis tetap hidup dan terus menginspirasi generasi muda Indonesia.

Lagu "17 Agustus" menjadi semakin populer setelah dinyanyikan kembali oleh grup musik Cokelat dan dirilis dalam album "Untukmu Indonesiaku" pada tahun 2006.

Versi Cokelat memberikan sentuhan rock dan pop yang membuatnya terasa lebih segar dan sesuai dengan selera musik modern, sementara versi asli lebih menonjolkan nuansa patriotik dan klasik.

Profil Sudharnoto, Sang Pencipta Lagu Garuda Pancasila

Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sudharnoto merupakan tokoh kelahiran Kendal, Jawa Tengah pada 24 Oktober 1925. Dia berasal dari keluarga dokter, di mana ayahnya adalah dokter pribadi Keraton Mangkunegaran di Solo.

Sedari kecil, Sudharnoto sudah gemar bermain alat musik. Kegemaran ini diturunkan dari kedua orang tuanya. Ayahnya hobi bermain alat musik, seperti seruling, gitar dan biola. Sementara Ibunya gemar bermain alat musik akordeon.

Selain belajar musik dari keluarganya, Sudharnoto juga menimba ilmu dari musisi keroncong Maladi, yang kemudian menjadi Menteri Penerangan, serta Daldjono, pencipta lagu "Bintang Kecil".

Sudharnoto sempat menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), meski tidak sampai lulus.

Adapun lagu pertama yang diciptakan oleh Sudharnoto adalah "Bunga Sakura" yang ditulisnya saat masih belasan tahun.